Kamis, 18 Juni 2009

Wabah diare menyerang peserta PLLB

Heboh, banyak peserta tumbang akibat diare yang tiba-tiba menyerang. Hampir 90% peserta mengalami diare bahkan ada yang disetai muntah. Sungguh berat.
Syukur, semua berhasil melewati wabah tersebut. Hal yang dicurigai pertama adalah konsumsi.
Nasi bungkus yang dibawa dari pagi keberangkatan dicurigai sebagai penyebab utama, sebab hanya peserta yang tidak memakannya tidak mengalami sakit perut.

Namun, air minum di sana juga patut dicurigai juga. Termasuk air buat mandi, cuci muka, pokok air yang diambil dari sumur.

Ah, seandainya.........namun itu yang telah terjadi. Jaga-jaga. Waspada diare menyerang anda dan anak anda.

Hiiiiii.........semoga tahun depan tidak terjadi lagi. Terima kasih buat semua kawan-kawan, dosen, tidak lupa asisten dan panitia. Semangat buat asisten yang terpilih dan panitia. YEah..

Praktek Lapangan PLLB 2009. Gambut, Pegatan Besar, dan Damit. End.

Selasa, 16 Juni 2009

Cerita Praktek Lapangan

Selama tiga hari berturut-turut, kami, praktikan, menjalani praktikum lapangan yang "penuh suka dan duka". Karena banyak hal yang terjadi, dari yang kejadian yang sesuai harapan dan kejadian tak terduga.

Dalam tiga hari tersebut, ada 3 lokasi yang diobservasi yaitu:
- Desa Damit
- Desa Pegatan Besar
- Gambut

GAMBUT
Gambut, sesuai namanya merupakan daerah yang didominasi lahan gambut. Gambut merupakan salah satu kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Banjar Propinsi Kalimantan Selatan. Lahan gambut ini memiliki ciri khas tanahnya lunak hingga agak keras, berwarna hitam kecoklatan, kandungan air biasanya tinggi, banyak mengandung akar dan kayu lapuk yang masih utuh, serta air yang berwarna hitam kecoklatan dengan kandungan besi yang tinggi dan pH yang rendah. Gambut terbentuk dari sisa tumbuhan yang telah mati namun tidak dapat membusuk secara sempurna akibat terendam air dan dalam keadaan anaerob serta pH yang rendah.

Lokasi observasi di Gambut, berada pada koordinat 3º22'19,18" LS dan 114º42'07,29" BT. Daerah ini telah mengalami reklamasi yang ditandai dengan adanya timbunan tanah baru (tanah kuning, lempung), pH air yang telah berubah menjadi antara pH 5-6, warna air yang semakin jernih dan berkurang tingkat kehitamannya, banyak kanal-kanal pengeringan kecil yanng bertujuan untuk mengeringkan lahan yang terendam, serta jumlah lapisan gambut yang semakin tipis. Lapisan gambut yang menipis ini diakibatkan oleh pembakaran lahan atau karena kebakaran, pengangkatan lapisan gambut, dan proses pembusukan yang berlangsung lebih cepat akibat lahan gambut yang mengering (air yang menggenang telah dialihkan).
Photobucket
Keadaan di daerah Gambut, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, masa reklamasi.

Berikut sedikit gambar mikroskopik dari sampel air yang diambil di Gambut. Tampak organisme-organisme (tidak diketahui, belum punya literatur) penghuni perairan di daerah Gambut.
Photobucket


Reklamasi yang dilakukan benar-benar mengubah ekologi lahan basah gambut menjadi sesuatu yang baru, yang bukan "gambut". Perubahan akibat reklamasi ini yaitu air yang menjadi lebih jernih dan pH yang sudah mendekati normal. Tanaman paku-pakuan jenis kelakai sudah tidak terlihat, pohon galam yang tinggal beberapa, hanya lebih banyak terlihat rumput-rumput air, termasuk purun. Khusus pada tanah timbunan, mulai ada rerumputan liar khas tanah lapang seperti teki, ilalang. Karena ini adalah daerah reklamasi lahan yang belum selesai, masih belum ada penduduk yang menetap dalam radius 1 km dari lokasi observasi, kecuali fasilitas Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum. Akibat dari sedikitnya pohon-pohon besar dan tinggi, daerah Gambut ini sangat rawan dengan sambaran petir dan angin kencang.

Photobucket
Hasil reklamasi

Sebenarnya daerah Gambut ini cukup potensial dengan tanaman obatnya. Tanaman yang sudah dikenal yaitu galam, karamunting dan kelakai. Tidak menutup kemungkinan akan ada tanaman lain yang berpotensi sebagai obat. Galam memiliki minyak atsiri pada daunnya yang dapat digunakan sebagai obat masuk angin. Kelakai diketahui mampu dijadikan obat tambah darah. Karamunting sebagai obat diabetes.
Selain itu, reklamasi yang dilakukan di tanah gambut sebenarnya akan menimbulkan masalah yang cukup serius. Selain yang telah disebutkan di atas masih ada masalah-masalah lainnya. Salah satunya yaitu mudah terbakar. Mengapa? Karena lahan gambut bila kering adalah bahan yang amat mudah terbakar, sedikit saja ada pemicu api (misal gesekan batang, atau puntung rokok atau ada yang iseng membakar) terutama di siang hari bolong, tentu saja akan menjadi malapetaka berkepanjangan, sebab api yang sudah sekali menyala di lahan gambut akan sulit sekali dipadam. Api tersebut mampu bersemayam di kedalaman gambut yang sulit dijangkau air, bahkan oleh hujan sekalipun. Akibat dari kebakaran ini disinyalir mampu memberikan dampak yang signifikan terhadap kenaikan kadar karbondioksida di udara, sebab gambut sendiri adalah simpanan karbon yang amat kaya. Sekali terbakar, mungkin dapat saja 1 ton karbondioksida bahkan lebih yang terlepas ke udara per luasan lahan yang terbakar.
Reklamasi tersebut juga menyebabkan perpindahan sarang nyamuk ke daerah pemukiman. Nyamuk yang terusik akibat reklamasi, akan menyerang pemukiman penduduk, tentunya akan menimbulkan suatu penyakit endemik yang disebabkan oleh nyamuk yang waktunya akan datang pelan tapi pasti. Akibat buruk lainnya yaitu kekeringan yang tidak wajar, karena lahan gambut sendiri merupakan daerah serapan air dan biasanya merupakan daerah banjir akibat luapan sungai.

Yap, itu akibat buruk dari reklamasi. Namun, yang telah terjadi tak dapat dibatalkan, kita hanya dapat melakukan tindakan penanggulan segala resiko yang mungkin terjadi serta melakukan pencegahan agar hal ini tidak terulang kembali.


DESA PEGATAN BESAR
Desa Pegatan Besar berada dalam wilayah Kecamatan Takisung, Kabupaten Tanah laut, Propinsi Kalimantan Selatan. Lokasi observasi berada pada daerah pantai, dengan koordinat 3º47'54.26" LS dan 114º36'20.33" BT, dan daerah sawah dengan koordinat 3º49'08.09" LS dan 114º36'20,44" BT. Pantai di desa ini telah mengalami kerusakan yang cukup parah dan air lautnya bercampur lumpur dari sungai Barito. Akibat laut yang berlumpur, laut terlihat coklat dan kotor ditambah lagi pantai yang terus terkikis akibat tanaman bakau ditepi pantai yang semakin sedikit.

Photobucket
Pantai yang "sekarat" dan berlumpur.

Penyebab laut yang berlumpur ini karena imbas dari lumpur yang dibawa oleh sungai barito yang muaranya berjarak sekitar 33 km dari pantai ini. Laut yang berlumpur ini mampu menyebabkan turunnya hasil tangkapan ikan, matinya terumbu karang yang berujung pada abrasi pantai ditambah lagi bakau yang dipinggir pantai juga sudah semakin tipis. Tambahan lagi, pantai yang terkikis, bakau yang menghilang akan menyebabkan intrusi air laut yang lebih jauh ke daratan, yang mampu mengancam lahan pertanian yang tidak jauh dari pantai tersebut.

Photobucket
Pemeriksaan pH, nilai yang didapat yaitu berkisar antara 9-10

Mata pencaharian penduduk di Desa Pegatan Besar di antaranya petani, peternak, nelayan dan pedagang. Hewan ternak yang diternakkan seperti sapi, ayam dan itik. Cara menternakkan hewan-hewan tersebut cukup unik karena dibiarkan begitu saja hampir tanpa perlakuan khusus apapun. Sapi contohnya dibiarkan ke sana ke mari tanpa tujuan kecuali hari mulai gelap, baru sapi-sapi tadi diikat atau digiring ke kandang. Namun, cara beternak seperti tadi sangat tidak baik, karena kotoran dari hewan tersebut akan tersebar di mana-mana dan sangat mungkin untuk mencemari air terutama sumur-sumur warga yang terbuka tanpa pelindung, apalagi saat banjir. Selain itu, kotoran hewan ternak tersebut akan menjadi sumber penyakit. Mengapa? Karena penduduk Desa Pegatan Besar rata-rata menggunakan air tanah untuk keperluan sehari-hari, kecuali untuk minum di mana harus membeli dari pemasok air bersih yang membawa air bersih dari daerah perbukitan, namun tidak semua warga mampu membeli air tersebut secara terus-menerus. Air tanah yang didapat dengan menggali sumur memiliki rasa yang payau dan terasa agak licin di kulit. Air ini bila bercampur dengan sabun akan mengurangi busanya dan bila direbus akan memberikan endapan putih di dasar panci. Air payau ini bila dikonsumsi dalam jangka panjang memberikan resiko penurunan kualitas kesehatan, termasuk resiko gagal ginjal akibat tingginya kadar garam dalam air tersebut.

Photobucket
Desa Pegatan Besar

PhotobucketPhotobucket
Sumur warga

Sistem persawahan yang ada yang dapat melakukan panen sekali dalam setahun karena masih menggunakan bibit lokal. Luas sawah di desa ini kira-kira 150 ha, mungkin lebih. Uniknya dari jenis padi yang digunakan, bila masa penanaman yang tidak bersamaan dari masing-masing pemilik petak sawah, padi yang paling terakhir ditanam akan mengalami masalah yang tentunnya akan menurunkan kualitas dan kuantitas padi.
Photobucket
Persawahan di Pegatan Besar

Dalam hal potensi tanaman obat, penduduk sekitar yang telah diwawancarai tampak sedikit dan bahkan tidak mengetahui tanaman obat yang ada di sekitar pesisir pantai. Dari hasil wawancara juga menunjukkan tidak didapatkan warga yang menggunakan tanaman sebagai obat di waktu sakit.


DESA DAMIT
Desa Damit terletak di Kecamatan Batu Ampar Kabupaten Tanah Laut Propinsi Kalimantan Selatan. Lokasi observasi adalah daerah persawahan dan dam. Topografi daerah ini yaitu dikelilingi perbukitan yang cukup gundul. Daerah ini juga didominasi oleh perkebunan karet yang berada di sekitar areal persawahan. Perumahan penduduk lokasinya cukup jauh dari persawahan yaitu sekitar 5 km. Di sini, sering terjadi banjir bila dam meluap dan juga menyebabkan bendungan rusak berkali-kali. Koordinat desa Damit, daerah persawahannya yaitu pada 3º54’35,09” LS dan 114º54’02,87” BT dan untuk damnya terletak pada 3º54’28,38” LS dan 114º53’47,78” BT.

PhotobucketPhotobucket
Persawahan

Photobucket
Alat pertanian, mungkin digunakan untuk melepas butir padi dari tangkainya, ada paku-paku yang disusun rapi.

Selain bertani, masyarakat di sini juga memanfaatkan dam untuk mencari ikan. Di sekitar dam dan persawahan, ada perkebunan karet yang cukup mendominasi. Dari keadaannya, tampak kebun karet tersebut masih muda, mungkin sekitar 4-5 tahun.

Photobucket
Keadaan dam, tampak di kejauhan adalah deretan bukit yang memberikan pemandahan nan indah.

Photobucket
Salah satu pintu irigasi yang mengisi air di persawahan

Dari penduduk sekitar yang kebetulan berada di lokasi observasi, tidak ditemukan informasi mengenai tanaman obat. Mereka tidak pernah menggunakan tanaman obat dan tidak tahu tanaman apa saja yang dapat digunakan sebagai obat. Penduduk yang ada adalah kebanyakan warga pendatang, bukan penduduk asli. Penyakit khas endemik di kalimantan yaitu malaria dan demam berdarah belum pernah terjadi di Damit, menurut penuturan warga tersebut. Dan populasi nyamuk tidak begitu berarti di daerah ini.
Hari Selasa 9 Juni 2009 saat dilaksanakan observasi di Desa Damit, merupakan masa tanam padi, karena banyak petak sawah yang baru selesai digarap. Tampaknya petak-petak sawah tersebut digarap dengan traktor sawah. Saat itu juga sedang dikerjakan perbaikan dam, tampak banyak timbunan tanah dan sebuah alat berat.
Keadaan air di Damit, sangat jernih, mungkin dapat mencapai 3 meter lebih.
Photobucket

Sekian deskripsi keadaan lahan basah di tiga daerah tersebut. Lain waktu, lokasi baru akan ditampilkan. yeah.....